KEMISKINAN, KETIMPANGAN, DAN PEMBANGUNAN
A. Mengukur ketimpangan dan kemiskinan
Kalau kita merenungkan kembali
krisis ekonomi yang kita alami 10 tahun lalu, tampaknya kita mempunyai cukup alasan
untuk mengatakan bahwa krisis tersebut telah menimbulkan dampak
sosial-ekonomi-politik yang luar biasa bagi Indonesia. Kendati kinerja ekonomi
pascakrisis cenderung membaik, indikator ketimpangan dan kemiskinan menunjukkan
bukti adanya eksklusi sosial-ekonomi bagi kebanyakan manusia Indonesia. Hasil
akhir dari redistribusi tersebut masih terasa sangat menyesakkan bagi mereka
yang berada di bagian bawah dari piramida sosial-ekonomi.
Berikut ini akan diuraikan
beberapa indikator yang sering digunakan oleh para peneliti untuk mengukur
ketimpangan di suatau negara atau daerah.
1.
Size distributions (quintiles,
deciles)
Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh
setiap individu atau rumah tangga. Cara mendapatkan penghasilan itu tidak
dipermasalahkan. Oleh karena itu para ekonom cenderung mengurutkan semua
individu berdasarkan pendapatan yang diterimanya, lantas membagi total populasi
kedalam beberapa nkelompok atau ukuran. Biasanya populasi dibagi menjadi 5
kelompok atau kuantil dan 10 kelompok atau desil.
2.
Lorenz curves
Indeks gini seringkali ditampilkan bersamaan dengan kurva Lorenz, yang
menggambarkan hubungan antara pangsa kumulatif pendapatan dan penduduk. G
adalah indeks gini yang diturunkan dari kurva Lorenz dengan cara membagi daerah
yang dibatasi oleh garis diagonal dan kurva Lorenz dengan total daerah pada
segitiga yang lebih rendah
3.
Gini coefficients and aggregate measures of inequalit
Dari semua pengukur ketimpangan, indeks gini adalah yang paling sering dipakai
sebagai indikator ketimpangan. Salah satu yang menarik dari indeks gini ialah
pendekatannya yang sangat langsung terhadap ukuran ketidakmerataan, memuat
perbedaan di antara setiap pasangan pendapatan, yang sejauh ini merupakan
ukuran ketidakmerataan ekonomi yang paling populer. Nilai dari indeks gini
berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan
terbagi secara merata terhadap seluruh unit masyarakat (perfect equality),
sedang nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki oleh satu orang atau
satu unit saja pada keseluruhan distribusi (perfect inequality).
Ketimpangan yang rendah mempunyai nilai indeks gini sebesar 0,4 atau di
bawahnya. Ketimpangan yang tinggi apabila mempunyai indeks gini di atas 0,4
dalam distribusinya.
4. Functional distributions
Ukuran ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh
masing-masing faktor produksi. Relevansi teori fungsional kurang tajam, karena
tidak memperhitungkan peranan dan pengaruh kekuatan diluar pasar.
B. Kemiskinan, ketimpangan dan kesejahteraan sosial
Wacana tentang ketimpangan dan
kemiskinan sering dicampuradukkan meskipun kedua istilah ini bukan sesuatu yang
sama. Kemiskinan umumnya menunjukkan tingkat pendapatan di bawah garis
kemiskinan tertentu. Bisa jadi kemiskinan turun namun tingkat ketimpangan dalam
suatu masyarakat meningkat. Ini terjadi ketika suatu perekonomian membaik
sehingga mampu membantu si miskin sedikit lebih kaya namun membuat si kaya
semakin kaya. Sebaliknya ketika perekonomian baru menurun, ketika pasar modal
turun drastis, bisa saja si miskin membaik tingkat pendapatannya, namun banyak
pemodal kaya yang mengalami kerugian dari transaksi di pasar modal, sehingga
ketimpangan malah membaik.
Masalah ketimpangan ini dalam praktik
sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan yang sering terjadi berbagai
daerah di Indonesia. Akibatnya masyarakat mengalami frustrasi sosial yang
berujung pada perbuatan kriminal atau kekerasan lainnya (Sismosoemarto, 2012:
478-484). Sebagian besar proyeksi menyatakan bahwa jumlah orang yang hidup
dalam kemiskinan akan meningkat selama dekade berjalan sebelum menurun selama
sisa abad, dengan harapan akan hilang selamanya dengan bergantinya abad.
C. Pertumbuhan dan Kemiskinan
Ada beberapa pendapat mengenai
pertumbuhan dan kemiskinan. Biasanya banyak yang berpendapat bahwa pertumbuhan
yang cepat berakibat buruk kepada kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan
terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern.
Hubungan yang dekat antara pertumbuhan
ekonomi dengan kemajuan yang terjadi diantara golongan miskin tidak begitu saja
mengindikasikan hubungan sebab akibat. Sebagian dari kemajuan yang dinikmati
golongan miskin dapat saja berasal dari pendapatan, pendidikan, dan kesehatan
yang lebih baik diantara golongan miskin untuk mempercepat pertumbuhan secara
menyeluruh.
D. Karakteristik Ekonomi Kelompok Masyarakat Miskin
Perpaduan tingkat pendapatan
perkapita yang rendah dan distribusi pendapatan yang sangat tidak merata akan
menghasilkan kemiskinan absolut yang parah. Jelas bahwa pada tingkat distribusi
pendapatan tertentu, semakin tinggi pendapatan perkapita yang ada, akan
semakin rendah jumlah kemiskinan absolut. Akan tetapi, tingginya tingkat
pendapatan perkapita tidak menjamin lebih randahnya tingkat kemiskinan absolut.
Namun penggambaran kemiskinan absolut secara garis besar saja tidaklah
cukup.
1.
Kemiskinan dan Pedesaan
Biasanya penduduk miskin bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan,
dengan mata pencaharian pokok di bidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional, mereka
kebanyakan wanita dan anka-anak daripada laki-laki dewasa, dan mereka sering
terkonsentrasi diantara kelompok etnis minoritas dan penduduk pribumi.Yang menarik
walaupun sebagian besar penduduk dengan kemiskinan absolut tinggal di daerah
pedesaan, bagian terbesar dari pengeluaran sebagian besar pemerintahan negara
berkembang selama seperempat abad terakhir justru lebih tercurah ke
daerah-daerah perkotaan dan berbagai sektor ekonominya yakni sektor-sektor
manufaktur modern dan komersial. Pengeluaran pemerintah yang berupa investasi
langsung kedalam sektor ekonomi yang produktif atau pengeluaran di bidang
pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pelayanan masyarakat, tercurah berat
sebelah ke sektor modern di perkotaan.
2.
Kaum Wanita dan Kemiskinan
Mayoritas penduduk miskin di
dunia adalah kaum wanita. Yang paling menderita dalam kemiskinan serta
kekurangan adalah kaum wanita dan anak-anak, mereka juga kekurangan gizi, dan
mereka pula yang paling sedikit memerima pelayanan kesehatan, air bersih,
sanitasi, dan berbagai bentuk jasa sosial lainnya. Berbeda dengan di perkotaan,
tenaga kerja yang bekerja di pedeaan antara laki-laki dan perempuan cenderung
perbedaan persentasenya tidak begitu signifikan di beberapa daerah seperti di
propinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Sumatera Barat, dan lain
sebagainya. Hal tersebut mangindikasikan bahwa peluang kerja di pedesaan untuk
perempuan besar sekali, oleh karena itu kaum perempuan tidak mempunyai
kesempatan yang besar untuk bekerja di perkotaan yang kemudian mengalami
kemiskinan.
3.
Etnik Minoritas, Penduduk
Pribumi, dan Kemiskinan
Dari berbagai penelitian,
sebagian besar penduduk pribumi itu sangat miskin dan mengalami malnutrisi,
buta huruf, hidup dalam lingkungan kesehatan yang buruk, serta menganggur.
E. Cakupan Pilihan Kebijakan: Beberapa Pertimbangan dan Pilihan Kebijakan
Negara-negara berkembang yang
berkeinginan untuk mengentaskan kemiskinan serta menanggulangi ketimpangan
distribusi pendapatan haruslah mengetahui segenap pilihan cara yang tersedia,
dan memilih yang terbaik diantaranya, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
1.
Bidang-bidang intervensi
Dapat diidentifikasi empat bidang
luas yang terbuka bagi intervensi kebijakan pemerintah yang memungkinkan, yang
masing-masingnya berkaitan erat dengan keempat elemen pokok yang merupakan
faktor penentu utama atas baik tidaknya kondisi-kondisi distribusi pendapatan
di negara-negara berkembang. Adapun keempat elemen tersebut adalah:
1. Mengubah
distribusi fungsional—tingkat hasil yang diterima dari faktor-faktor produksi
tenaga kerja, tanah, dan modal yang sangat dipengaruhi oleh harga dari
masing-masing faktor produksitersebut, tingkat pendayagunaannya, dan bagian atau
persentase dan pendapatan nasional yang diperoleh oleh para pemilik
masing-masing faktor produksi.
2. Memeratakan
distribusi ukuran—distribusi pendapatan fungsional dari suatu perekonomian yang
dinyatakan sebagai distribusi ukuran, yang disandarkan pada kepemilikan dan
penguasaan atas aset produktif serta keterampilan sumber daya manusia yang
terpusat dan tersebar ke segenap lapisan masyarakat. Distribusi kepemilikan
aset dan keterampilan tersebut pada akhirnya akan menentukan merata atau
tidaknya distribusi pendapatan secara perorangan.
3. Meratakan
(mengurangi) distribusi ukuran golongan penduduk berpenghasilan tinggi melalui
pemberlakuan pajak progresif terhadap pendapatan dan kekayaan pribadi mereka.
4. Meratakan
(meningkatkan) distribusi ukuran golongan penduduk berpenghasilan rendah,
melalui pengeluaran publik yang dananya bersumber dari pajak untuk meningkatkan
pendapatan kaum miskin secara langsung maupun tidak langsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar