Rabu, 01 Juli 2015

Jawaban dari Beberapa Kasus

Analisis kasus pertama
Seorang guru adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya dalam organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan organisasi yang menjadi kewajiban bagi seorang guru, oleh karena itu kita, Guru harus tau aturan, bersedia diatur , dan bisa mengatur. Siswa adalah manusia utuh, maka terimalah dia apa adanya. Siswa adalah individu yang utuh dengan keseluruhan sikap, prilaku, kepribadian serta latar belakang sosial budayanya. Kita tidak bergaul, berinteraksi dengan salah satu aspeknya saja tetapi dengan keseluruhannya. hubungan guru dengan siswa lebih lanjut adalah Guru adalah pelayan mereka untuk mengantarnya pada masa depan yang lebih baik dalam hidup dan kehidupan, dalam ketidakpastian masa depan yang mungkin sedikit dapat dipastikan. Siswa adalah manusia utuh, maka terimalah dia apa adanya. Siswa adalah individu yang utuh dengan keseluruhan sikap, prilaku, kepribadian serta latar belakang sosial budayanya. Kita tidak bergaul, berinteraksi dengan salah satu aspeknya saja tetapi dengan keseluruhannya.
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. Perhatian orang tua memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak. Dengan adanya perhatian dari orang tua, anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dalam perkembangan pendidikan selanjutnya. Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar si anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di samping itu juga agar ia dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memilikiidealisme, pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak memiliki kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong untuk belajar dan berprestasi, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu idealisme yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Jadi bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi guru profesional bukan dilihat dari berapa lama dia mengajar. karakter guru yang sangat di utamakan seharusnya.  Dengan kejadian tersebut seharusnya guru tidak bersikap seperti itu pada awalnya. Sikap guru yang seperti itu membuat siswa semakin menjadi-jadi. Menurut saya, sikat yang seharusnya diambil bukanlah seperti itu tetapi seharusnya guru sebagai orang yang memiliki kesadaran dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi dengan siswa sebagai suatu keseluruhan akan menumbuhkan perhatian (concern), rasa peduli (caring), rasa berbagi (sharing), dan kebaikan yang tulus (kindness). Seharusnya sebagai guru kita harus tau kenapa siswanya menjadi seperti itu dan apakah mungkin dalam pembelajaran yang dilakukan tidak begitu efektif yang menyebabkan kebosanan yang akhirnya membuat siswa seperti itu. Anak tersebut membawa HP, dikarenakan keinginan kasih sayang dari orang terdekatnya, yaitu Ibu. Ibu si anak tersebut lebih memfokuskan dirinya pada dunia pekerjaannya, sehingga untuk mengurusi anaknya menjadi terbengkalai. Padahal, semua orang tua yang bekerja memang untuk keluarganya, terutama anak yang menjadi buah hatinya. Ibu dari anak tersebut bekerja dari pagi hingga sore, sehingga anak apabila memiliki permasalahan, larinya kepada orang lain yang dia anggap dapat menyelesaikan permasalahannya. Seperti saudara-saudara yang pernah datang menghadap guru di sekolahnya. Seharusnya guru juga harus memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa secara bijaksana. kesalahan memberikan teknologi yang masih belum sesuai dengan usianya. masalah ini bisa dengan memberikan batasan teknologi yang di berikan. Atau juga bisa dengan larangan membawa HP ke sekolah.
 Dan kita seharusnya tidak hanya menyalahkan guru atau seiswanya saja melainkan kesibukan orangtua kadang-kadang mengabaikan perhatian untuk anak. Orangtua kebanyakan mengganggap kebutuhan memenuhi materi anak dan keluarga adalah yang  paling utama dan segalanya. Sehingga waktu yang ada sebahagian besar, bahkan seluruhnya, tersita tanpa sisa untuk yang namanya mencari uang. Akibat kondisi itu, anak mencari solusi memecahkan masalahnya kepada orang yang dianggapnya dekat saja karena keterbatasan orangtuanya itu. Dan tidaklah heran apabila orang terdekat menjadi orang yang terakhir yang mengetahui masalah anak, dan bisanya kondisi masalah sudah akut. Contohnya gadget, anak lebih sering menghabiskan waktu dengan gadget dan berbagi aktivitas/curhat, bahkan chatting di media sosial bersama temannya, sehingga peranan orangtua seolah tidak diperlukan lagi. Karena itu, orangtua harus cepat tanggap apabila ada sedikit saja perubahan dari perilaku anak.
Untuk itu, kesinambungan antara peran guru dan peran orang tua sangatlah penting, mengingat usia anak yang memasuki masa remaja, yang memerlukan perhatian lebih dari orang-orang yang dicintainya. Bukan salah sang anak jika ia bermain HP setiap jam pelajaran, namun karena lingkungan yang menguasai alam sadarnya, sehingga tanpa berfikir panjang, ia akan dan selalu melakukan hal tersebut, hingga ia merasa puas, lalu pada akhirnya ia akan berhenti melakukan hal yang serupa, yaitu bermain HP ketika jam pelajaran berlangsung.




Analisis kasus kedua
“Guru” adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.
Pendidikan profesi guru merupakan wahana untuk meng-upgrade kompetensi guru yang biasanya dilaksanakan dalam rentang waktu 1 tahun atau selama dua (2) semester di mana satu semester membutuhkan enam (6) bulan masa belajar. Sistem pembelajaran Program Pendidikan Profesi guru ini menekankan pengembangan kemampuan yang mempersyaratkan pemahaman konsep-konsep yang mantap dan bisa diterapkan dalam praktek.Peserta Program Pendidikan Profesi yang dinyatakan lulus dalam semua mata kuliah dapat mengajukan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan sehingga memiliki hak untuk mengikuti uji kompetensi. Pendidikan Profesi Guru (PPG) berbeda dengan model pembelajaran di S1 dan akta IV keguruan. Pendidikan profesi guru tidak untuk mencetak saintis pendidikan dan keguruan, melainkan mendidik guru siap, mahir, kompeten dalam menjalankan profesinya. Walaupun anggaran dana untuk pendidikan sekitar 20 %, tetapi apabila guru yang mengajar ialah guru yang secara instan menjadi guru lewat program Pendidikan Profesi Guru (PPG) serta pada waktu S1 tidak menempuh program pendidikan, maka peserta didik yang dicetak akan menghasilkan output (lulusan) yang kurang memadai terhadap dunia kerja, serta minimnya soft skill  yang dimiliki peserta didik. Untuk itu, program Pendidikan Profesi Guru (PPG) seharusnya dikhususkan untuk lulusan kependidikan, kerena mereka sudah terlatih untuk mengajar dengan baik, serta bagi yang lulusan non kependidikan seharusnya tidak diperkenankan untuk menempuh program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilakukan untuk meraih gelar dan akhirnya pada waktu mengajar tidak profesional, karena sejak awal mereka tidak dilatih untuk mengajar dengan baik.
Solusinya adalah dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran bukan dengan meningkatkan jam belajar yang berlebihan karena setiap pelajar memiliki kemampuan yang berbeda dan sudah banyak di penuhi pembelajaran di luar sekolah, tetapi harus juga meningkatkan alat-alat, sarana dan prasarana pendidikan, dll.




Analisis kasus ketiga
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain. Setelah kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu:
1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Untuk meningkatkan kurikulum yang menunjang proses Kegiatan Belajar Berlangsung (KBM) ialah dengan mengubah kurikulum berdasarkan kebutuhan masyarakat pada waktu-waktu tertentu. Misalnya mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, yang nantinya kurikulum 2013 ini dapat mempersiapkan masyarakat pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, yang akan dicanangkan akhir tahun 2015 mendatang. Dengan begitu, kurikulum yang selalu berubah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Perubahan kurikulum dilakukan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia, dengan perubahan kurikulum, diharapkan mampu menciptakan lulusan yang lebih kompeten dalam persaingan dunia kerja yang semakin kompleks. Dana merupakan hal yang diperlukan pula untuk perkembangan pendidikan, karena tanpa adanya dana pendidikan tidak akan berjalan. Namun, pemerintah sudah memberikan dana  Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk anak-anak yang menempuh pendidikan di SD dan SMP. Dalam peningkatkan anggaran pendidikan pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan bagi warganya, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan profesionalisme dan kreatifitas  lembaga penyelenggara pendidikan. Dan dengan pemantapan prioritas pendidikan dasar  dua belas tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang memiliki kelainan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menunjang pendidikan yang berkualitas. Namun, untuk daerah pedesaan, yang jauh dari jangkauan, pemerintah menerapkan kebijakan SM3T (Sarjana Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal). Program tersebut nampaknya berjalan dengan kurang cukup baik, karena banyak daerah yang terpencil tidak memiliki tenaga pendidik yang memenuhi kebutuhan untuk menjadi pengajar.
Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan wawasan maupun mutu mengajarnya serta menghasilkan output yang baik dan guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, dan berani berinisiatif dalam mengembangkan model-model pengajaran secara variatif.Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber-SDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis di antaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka di sinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar