Analisis kasus pertama
Seorang guru adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya
dalam organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku
sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan peran dan
tugasnya sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan organisasi yang menjadi
kewajiban bagi seorang guru, oleh karena itu kita, Guru harus tau aturan,
bersedia diatur , dan bisa mengatur. Siswa adalah manusia utuh, maka terimalah
dia apa adanya. Siswa adalah individu yang utuh dengan keseluruhan sikap,
prilaku, kepribadian serta latar belakang sosial budayanya. Kita tidak bergaul,
berinteraksi dengan salah satu aspeknya saja tetapi dengan keseluruhannya. hubungan
guru dengan siswa lebih lanjut adalah Guru
adalah pelayan mereka untuk mengantarnya pada masa depan yang lebih baik dalam
hidup dan kehidupan, dalam ketidakpastian masa depan yang mungkin sedikit dapat
dipastikan. Siswa adalah manusia utuh, maka
terimalah dia apa adanya. Siswa adalah individu yang utuh dengan keseluruhan
sikap, prilaku, kepribadian serta latar belakang sosial budayanya. Kita tidak
bergaul, berinteraksi dengan salah satu aspeknya saja tetapi dengan
keseluruhannya.
Situasi
keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status
ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua,
dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. Perhatian orang
tua memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak.
Dengan adanya perhatian dari orang tua, anak akan lebih giat dan lebih
bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang
berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya pun demikian. Sebab baik
buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dalam perkembangan
pendidikan selanjutnya. Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala
aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan
agar si anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di
samping itu juga agar ia dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan
terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas
belajar. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memilikiidealisme,
pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak memiliki
kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong untuk
belajar dan berprestasi, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam
belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu idealisme yang
ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Jadi bisa disimpulkan bahwa
untuk menjadi guru profesional bukan dilihat dari berapa lama dia mengajar.
karakter guru yang sangat di utamakan seharusnya. Dengan kejadian tersebut seharusnya guru
tidak bersikap seperti itu pada awalnya. Sikap guru yang seperti itu membuat
siswa semakin menjadi-jadi. Menurut saya, sikat yang seharusnya diambil
bukanlah seperti itu tetapi seharusnya guru sebagai orang yang memiliki kesadaran
dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi dengan siswa sebagai suatu
keseluruhan akan menumbuhkan perhatian (concern), rasa peduli (caring), rasa
berbagi (sharing), dan kebaikan yang tulus (kindness). Seharusnya sebagai guru
kita harus tau kenapa siswanya menjadi seperti itu dan apakah mungkin dalam
pembelajaran yang dilakukan tidak begitu efektif yang menyebabkan kebosanan
yang akhirnya membuat siswa seperti itu. Anak tersebut membawa HP, dikarenakan keinginan kasih
sayang dari orang terdekatnya, yaitu Ibu. Ibu si anak tersebut lebih
memfokuskan dirinya pada dunia pekerjaannya, sehingga untuk mengurusi anaknya
menjadi terbengkalai. Padahal, semua orang tua yang bekerja memang untuk
keluarganya, terutama anak yang menjadi buah hatinya. Ibu dari anak tersebut
bekerja dari pagi hingga sore, sehingga anak apabila memiliki permasalahan,
larinya kepada orang lain yang dia anggap dapat menyelesaikan permasalahannya.
Seperti saudara-saudara yang pernah datang menghadap guru di sekolahnya.
Seharusnya guru juga harus memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa secara bijaksana. kesalahan memberikan teknologi yang
masih belum sesuai dengan usianya. masalah ini bisa dengan memberikan
batasan teknologi yang di berikan. Atau juga bisa dengan larangan membawa HP ke
sekolah.
Dan kita seharusnya tidak hanya menyalahkan
guru atau seiswanya saja melainkan kesibukan orangtua kadang-kadang mengabaikan perhatian untuk
anak. Orangtua kebanyakan mengganggap kebutuhan memenuhi materi anak dan
keluarga adalah yang paling utama dan
segalanya. Sehingga waktu yang ada sebahagian besar, bahkan seluruhnya, tersita
tanpa sisa untuk yang namanya mencari uang. Akibat kondisi itu, anak mencari solusi memecahkan
masalahnya kepada orang yang dianggapnya dekat saja karena keterbatasan
orangtuanya itu. Dan tidaklah heran apabila orang terdekat menjadi orang yang
terakhir yang mengetahui masalah anak, dan bisanya kondisi masalah sudah akut.
Contohnya gadget, anak lebih sering menghabiskan waktu dengan gadget dan
berbagi aktivitas/curhat, bahkan chatting di media sosial bersama temannya,
sehingga peranan orangtua seolah tidak diperlukan lagi. Karena itu, orangtua
harus cepat tanggap apabila ada sedikit saja perubahan dari perilaku anak.
Untuk itu, kesinambungan antara peran guru dan peran orang
tua sangatlah penting, mengingat usia anak yang memasuki masa remaja, yang
memerlukan perhatian lebih dari orang-orang yang dicintainya. Bukan salah sang
anak jika ia bermain HP setiap jam pelajaran, namun karena lingkungan yang
menguasai alam sadarnya, sehingga tanpa berfikir panjang, ia akan dan selalu
melakukan hal tersebut, hingga ia merasa puas, lalu pada akhirnya ia akan
berhenti melakukan hal yang serupa, yaitu bermain HP ketika jam pelajaran
berlangsung.
Analisis kasus kedua
“Guru”
adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara
terpola, formal, dan sistematis. Guru professional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian
baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional
adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang
diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan
formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari
pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan
keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi
maupun sebagai pemangku profesinya.
Pendidikan
profesi guru merupakan wahana untuk meng-upgrade kompetensi guru yang biasanya
dilaksanakan dalam rentang waktu 1 tahun atau selama dua (2) semester di mana
satu semester membutuhkan enam (6) bulan masa belajar. Sistem pembelajaran
Program Pendidikan Profesi guru ini menekankan pengembangan kemampuan yang
mempersyaratkan pemahaman konsep-konsep yang mantap dan bisa diterapkan dalam
praktek.Peserta Program Pendidikan Profesi yang dinyatakan lulus dalam semua
mata kuliah dapat mengajukan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui
jalur pendidikan sehingga memiliki hak untuk mengikuti uji kompetensi. Pendidikan
Profesi Guru (PPG) berbeda dengan model pembelajaran di S1 dan akta IV
keguruan. Pendidikan profesi guru tidak untuk mencetak saintis pendidikan dan
keguruan, melainkan mendidik guru siap, mahir, kompeten dalam menjalankan
profesinya. Walaupun
anggaran dana untuk pendidikan sekitar 20 %, tetapi apabila guru yang mengajar
ialah guru yang secara instan menjadi guru lewat program Pendidikan Profesi
Guru (PPG) serta pada waktu S1 tidak menempuh program pendidikan, maka peserta
didik yang dicetak akan menghasilkan output (lulusan) yang kurang memadai terhadap
dunia kerja, serta minimnya soft skill yang dimiliki peserta didik. Untuk itu,
program Pendidikan Profesi Guru (PPG) seharusnya dikhususkan untuk lulusan
kependidikan, kerena mereka sudah terlatih untuk mengajar dengan baik, serta
bagi yang lulusan non kependidikan seharusnya tidak diperkenankan untuk
menempuh program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dilakukan untuk meraih
gelar dan akhirnya pada waktu mengajar tidak profesional, karena sejak awal
mereka tidak dilatih untuk mengajar dengan baik.
Solusinya adalah dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Menyangkut perihal pembiayaan
seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya
pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat
kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem
ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan
dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah
yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.Rendahnya kualitas
guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas materi pelajaran bukan dengan meningkatkan jam belajar yang
berlebihan karena setiap pelajar memiliki kemampuan yang berbeda dan sudah
banyak di penuhi pembelajaran di luar sekolah, tetapi harus juga meningkatkan
alat-alat, sarana dan prasarana pendidikan, dll.
Analisis kasus ketiga
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang
globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang
terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri.
Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang
bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya
ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun
informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara
lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya
dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing
dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain. Setelah kita amati, Nampak
jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan
formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai
bidang. Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik
pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu
pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut, yaitu:
1. Solusi
sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang
diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan
publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal
teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Solusi
untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk
meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas
guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan
sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Untuk
meningkatkan kurikulum yang menunjang proses Kegiatan Belajar Berlangsung (KBM)
ialah dengan mengubah kurikulum berdasarkan kebutuhan masyarakat pada
waktu-waktu tertentu. Misalnya mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013,
yang nantinya kurikulum 2013 ini dapat mempersiapkan masyarakat pada Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, yang akan dicanangkan akhir tahun 2015 mendatang.
Dengan begitu, kurikulum yang selalu berubah dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Perubahan kurikulum dilakukan untuk memperbaiki sistem pendidikan
yang ada di Indonesia, dengan perubahan kurikulum, diharapkan mampu menciptakan
lulusan yang lebih kompeten dalam persaingan dunia kerja yang semakin kompleks.
Dana merupakan hal yang diperlukan pula untuk perkembangan pendidikan, karena
tanpa adanya dana pendidikan tidak akan berjalan. Namun, pemerintah sudah
memberikan dana Biaya Operasional
Sekolah (BOS) untuk anak-anak yang menempuh pendidikan di SD dan SMP. Dalam
peningkatkan anggaran pendidikan pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan bagi
warganya, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Manajemen pendidikan yang baik harus
memperhatikan profesionalisme dan kreatifitas lembaga penyelenggara
pendidikan. Dan dengan pemantapan prioritas
pendidikan dasar dua belas tahun,
pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada
guru yang bertugas di wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu
untuk anak yang memiliki kelainan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam menunjang pendidikan yang berkualitas. Namun, untuk daerah
pedesaan, yang jauh dari jangkauan, pemerintah menerapkan kebijakan SM3T
(Sarjana Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal). Program tersebut
nampaknya berjalan dengan kurang cukup baik, karena banyak daerah yang
terpencil tidak memiliki tenaga pendidik yang memenuhi kebutuhan untuk menjadi
pengajar.
Guru
merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu,
upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan. Sehingga guru tidak
hanya dituntut untuk meningkatkan wawasan maupun mutu mengajarnya serta
menghasilkan output yang baik dan guru hendaknya lebih kreatif, inovatif,
terampil, dan berani berinisiatif dalam mengembangkan model-model pengajaran
secara variatif.Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut
diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber-SDM
tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Banyak
sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis di antaranya adalah rendahnya
kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang
menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah
sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa
sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia
yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis
terhadap zamannya. Maka di sinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan
mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar