KECAKAPAN HIDUP
(LIFE SKILL)
Kecakapan hidup
memiliki arti yang
luas, karena dalam
menjalani hidup dan kehidupan, seseorang
memerlukan suatu keterampilan
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Hal demikian secara
sengaja maupun tidak, telah ada sejak manusia ada. Karena semua manusia
pasti menghadapi berbagai
masalah yang harus
dipecahkan. Seorang ibu misalnya, telah mendidik anaknya sejak
kecil untuk mencuci tangan sebelum makan, untuk berhati-hati dengan
melihat ke kiri
dan ke kanan
apabila akan menyeberangi
jalan, dan sebagainya. Dengan
kata lain hal
tersebut dilakukan agar
anak dapat mempertahankan hidupnya. Selama ini
masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan
pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian nasional.
Pandangan seperti ini tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu
indikator saja. Apabila keberhasilannya hanya dipandang sebelah, maka
pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif saja, sehingga
aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak tahun 2001
telah bergulir tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar
yang bermuara pada penguasaan kecakapan hidup (life skills) yang
dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.
Kecakapan hidup
sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan yang
wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya.
Sebagai hasil
dari pendidikan, pembelajaran yang mengarah dalam kecakapan hidup prinsip
utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi
diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan di masa yang
akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya konsep pendidikan
berorientasi kecakapan hidup di antaranya karena tantangan globalisasi yang
menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul
dalam persaingan di pasar global.
A. PENGERTIAN KECAKAPAN HIDUP
Menurut Depdiknas (2003), kecakapan
hidup (life skill) merupakan
kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya.
Adapun pengertian lainnya
adalah “kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dal
am menjalani hidupdan kehidupannya dalam statusnya sebagai mahkluk individu
dalam konteks alam sekitar‟ (Rudiyanto, 2003).
Menurut Satori (2002), kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki
kemampuan tertentu saja
(vocational job), namun
ia harus memiliki
kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis,
menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber-sumber daya,
bekerja dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat bekerja, mempergunakan
teknologi dan lain sebagainya.
B. DESKRIPSI KECAKAPAN HIDUP
Departemen Pendidikan
Nasional (2003) membagi
kecakapan hidup (life skill) menjadi dua macam yaitu :
1.
Kecakapan Hidup Generik (General life
skill, GLS)
Kecakapan hidup
generik atau kecakapan
yang bersifat umum,
adalah kecakapan untuk menguasai
dan memiliki konsep dasar keilmuan. Kecakapan hidup generik berfungsi
sebagai landasan untuk
belajar lebih lanjut
dan bersifat transferable,
sehingga memungkinkan untuk mempelajari
kecakapan hidup lainnya.
Kecakapan hidup generik terdiri dari :
a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari :
1) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)
Kecakapan mengenal diri meliputi
kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan
eksistensi diri, dan
kesadaran akan potensi
diri. Kecakapan mengenal
diri pada dasarnya merupakan
penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan, makhluk sosial, bagian
dari lingkungan, serta
menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri sendiri
dan lingkungannya. Walaupun
mengenal diri lebih
merupakan sikap, namun diperlukan
kecakapan untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian. Mengenal diri
akan mendorong seseorang
untuk beribadah sesuai
agamanya, berlaku jujur, bekerja
keras, disiplin, terpercaya,
toleran terhadap sesama,
suka menolong serta memelihara
lingkungan. Sikap-sikap tersebut
tidak hanya dapat dikembangkan melalui
pelajaran agama dan
kewarganegaraan, tetapi melalui pelajaran kimia sikap jujur (contoh : tidak memalsukan data hasil
praktikum) dan disiplin (contoh
: tepat waktu,
taat aturan yang
disepakati, dan tata
tertib laboratorium) tetap dapat dikembangkan.
2) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran
atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :
a) Kecakapan Menggali dan Menemukan
Informasi (Information Searching)
Kecakapan menggali dan menemukan informasi
memerlukan keterampilan dasar
seperti membaca, menghitung, dan melakukan
observasi. Dalam ilmu kimia,
observasi melalui pengamatan sangat penting dan sering dilakukan.
b) Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)
Informasi yang
telah dikumpulkan harus
diolah agar lebih
bermakna. Mengolah informasi artinya
memproses informasi tersebut
menjadi suatu kesimpulan. Untuk
memiliki kecakapan mengolah
informasi ini diperlukan kemampuan membandingkan, membuat
perhitungan tertentu, membuat analogi sampai membuat analisis
sesuai informasi yang diperoleh.
c) Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)
Setelah
informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya adalah
pengambilan keputusan. Dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang
selalu dituntut untuk membuat
keputusan betapun kecilnya
keputusan tersebut. Karena itu
siswa perlu belajar
mengambil keputusan dan
menangani resiko dari pengambilan
keputusan tersebut.
d) Kecakapan Memecahkan Masalah (Creative Problem Solving Skill)
Pemecahan
masalah yang baik tentu berdasarkan
informasi yang cukup dan telah diolah. Siswa perlu belajar memecahkan mas alah
sesuai dengan tingkat berpikirnya sejak dini.
Selanjutnya untuk memecahkan
masalah ini dituntut kemampuan berpikir
rasional, berpikir kreatif,
berpikir alternatif, berpikir sistem dan
sebagainya. Karena itu
pola-pola berpikir tersebut
perlu dikembangkan di sekolah,
dan selanjutnya diaplikasikan
dalam bentuk pemecahan masalah.
b.
Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan sosial
disebut juga kecakapan
antar-personal (inter-personal skill), yang terdiri atas :
1) Kecakapan Berkomunikasi
Yang dimaksud berkomunikasi
bukan sekedar menyampaikan
pesan, tetapi komunikasi dengan
empati. Menurut Depdiknas
(2002) : empati,
sikap penuh pengertian, dan
seni komunikasi dua
arah perlu dikembangkan
dalam keterampilan
berkomunikasi agar isi
pesannya sampai dan
disertai kesan baik yang
dapat menumbuhkan hubungan
harmonis. Berkomunikasi dapat
melalui lisan atau tulisan.
Untuk komunikasi lisan,
kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan
secara lisan perlu
dikembangkan. Berkomunikasi lisan dengan
empati berarti kecakapan
memilih kata dan
kalimat yang mudah dimengerti oleh
lawan bicara. Kecakapan
ini sangat penting
dan perlu ditumbuhkan dalam
pendidikan. Berkomunikasi melalui tulisan
juga merupakan hal yang
sangat penting dan
sudah menjadi kebutuhan
hidup. Kecakapan menuangkan gagasan
melalui tulisan yang
mudah dipahami orang
lain, merupakan salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan
2) Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill)
Sebagai makhluk sosial,
dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan selalu memerlukan dan
bekerjasama dengan manusia
lain. Kecakapan bekerjasama bukan sekedar
“bekerja bersama” tetapi
kerjasama yang disertai
dengan saling pengertian, saling
menghargai, dan saling
membantu. Kecakapan ini
dapat dikembangkan dalam semua
mata pelajaran, misalnya
mengerjakan tugas kelompok, karyawisata,
maupun bentuk kegiatan lainnya.
2.
Kecakapan Hidup Spesifik (Specific life skill, SLS)
Kecakapan hidup spesifik terkait dengan bidang pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan (vocational) tertentu. Jadi kecakapan
hidup spesifik diperlukan seseorang untuk menghadapi masalah bidang tertentu.
Kecakapan hidup spesifik ini meliputi :
a. Kecakapan Akademik (Academic Skill)
Kecakapan akademik disebut
juga kecakapan intelektual
atau kemampuan berpikir ilmiah dan merupakan pengembangan dari kecakapan
berpikir. Kecakapan akademik sudah mengarah
ke kegiatan yang
bersifat akademik atau
keilmuan. Kecakapan ini penting
bagi orang yang
menekuni bidang pekerjaan
yang menekankan pada kecakapan berpikir.
Oleh karena itu
kecakapan ini harus
mendapatkan penekanan mulai jenjang SMA dan terlebih pada
program akademik di universitas. Kecakapan akademik ini meliputi antara
lain kecakapan :
mengidentifikasi
variabel,
menjelaskan
hubungan variabel-variabel
merumuskan
hipotesis
merancang
dan melakukan percobaan
b.
Kecakapan
Vokasional / Kejuruan (Vocational Skill)
Kecakapan
vokasional disebut juga
kecakapan kejuruan, yaitu kecakapan
yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat. Kecakapan ini lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni pekerjaan
yang lebih mengandalkan keterampilan
psikomotor. Jadi kecakapan
ini lebih cocok
bagi siswa SMK,
kursus keterampilan atau program diploma. Kecakapan vokasional meliputi
:
1) Kecakapan Vocasional Dasar (Basic Vocational Skill)
Yang termasuk kecakapan
vokasional dasar antara
lain : kecakapan
melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana, atau kecakapan
membaca gambar.
2) Kecakapan Vocational Khusus (Occupational Skill)
Kecakapan ini memiliki
prinsip dasar menghasilkan
barang atau jasa.
Sebagai contoh, kecakapan memperbaiki mobil bagi yang menekuni bidang
otomotif dan meracik bumbu bagi yang menekuni bidang tata boga.
C. TUJUAN
KECAKAPAN HIDUP (Life Skill)
Tujuan
diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill)
adalah sebagai berikut :
a. Menfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu
mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya di masa yang
akan datang.
b. Memberikan peluang bagi institusi pelaksana pendidikan
untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi sumber
daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan terbuka (berbasis
luas dan mendasar) serta prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah.
c. Membekali tamatan dengan kecakapan hidup agar kelak
mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan, baik sebagai
pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga Negara.
Secara khusus tujuan pendidikan
kecakapan hidup adalah :
1)
Mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan berbagai
masalah kehidupannya
2)
Memberikan
wawasan yang luas mengenai pengembangan karir
3)
Memberikan
bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
4)
Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education)
5)
Mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah.
D. PENTINGNYA
SKILL ATAU KETERAMPUILAN
Sebagian
masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang pandai sudah
cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana atau lulusan
sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu belum mampu menjamin
masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan. Pemikiran seperti itu tentu
dalam suatu waktu akan menemukan titik relevansinya. Namun, pada situasi dan
kondisi tertentu mungkin janji-janji yang mencerahkan atas gelar akademis
tersebut menjadi kurang relevan, bahkan masyarakat luas tidak lagi
dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya pengangguran yang disebabkan
karena factor pendidikan, dan maraknya kasus korupsi yang tidak terlepas dari
para birokrat yang memiliki banyak gelar, sarjana, master, doctor bahkan
professor. Peran dan fungsi pendidikan dalam konteks ini tentu akan mendapat
gugatan dari banyak kalangan, misalnya mengapa praktek korupsi justru dilakukan
oleh orang-orang pandai dan pintar. Kenyataan ini memang sungguh sangat
menyedihkan, bahkan bangsa ini sering dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat
kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan yang paling bawah sampai paling atas.
Pada
dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik
dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada
pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan
baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi. Dijelaskan dengan
tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan pendidikan selain
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, juga
bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang cakap, kreatif dan mandiri.
Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan tiga point yang sangat penting
untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam menghadapi
realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.
E. Mulyasa
menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia
untuk hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di bekali dengan
kecakapan (life skill) melaui muatan, proses pembelajaran dan aktifitas
lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup
adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu pendidikan yang
seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga
dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapinya.
Tuntutan
life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya keterampilan
peserta didik, profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan transformasi
menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan diatas,kecakaapn hidup disini
bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun cakap dalam keterampilan
dan social.
E.
ANALISIS
Dalam pembelajaran kecakapan hidup seorang siswa
diharapkan mampu menempuh kehidupan yang sukses, bermartabat, seperti kemampuan
berpikir kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kerja
sama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia kerja.
Implementasi life skill tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru ataupun
materi tambahan. Kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata
pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.
Implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup
di sekolah dapat dilakukan melalui reorientasi pembelajaran dari orientasi mata
pelajaran semata, menjadi kecakapan hidup, pengembangan iklim sekolah yang
kondusif untuk berkembangnya kecakapan hidup, khususnya yang terkait dengan sikap
atau karakter atau kesadaran diri, dan penerapan manajemen sekolah yang di
arahkan untuk mengembangkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup dalam
pembelajaran.
Pada dasarnya kecakapan hidup meliputi kecakapan
dasar, kecakapan instrumental, general life skill, spesifik life skill,
personal skill, social skill, environmental skill, occupational skill. Dalam
pelaksanaan life skill di lembaga pendidikan dengan cara menginternalisasikan
komponen-komponen kecakapan hidup tersebut digunakan strategi-strategi sebagai
berikut :
a. Melalui
reorientasi pembelajaran setiap guru yang akan menyampaikan mata pelajaran
harus merencanakan komponen-komponen yang akan di internalisasikan dalam proses
pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran hendaknya
di ikuti dengan “penyemaian” komponen-komponen dari kecakapan hidup.
b. Mengubah
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang variatif,
sehingga memungkinkan :
·
Peserta didik lebih aktif
·
Kondisi atau suasana belajar menyenangkan
·
Pengembangan budaya baca, tulis, observasi
·
Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang fasilitator
·
Pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lain
·
Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan
·
Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber
·
Menggeser “teaching” menjadi “learning
·
Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup yang bisa di
internalisasikan dalam PBM (proses belajar mengajar)
·
Selain itu kecakapan-kecakapan hidup dapat dikembangkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler
KESIMPULAN
Tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber
daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global yang
menyebabkan dalam pendidikan sekarang di cantumkan kedalam bentuk suatu life
skill, kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga
tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.
Sedangkan untuk implementasi pendidikan berorientasi
kecakapan hidup dapat dilakukan tanpa mengubah kurikulum, aspek-aspek kecakapan
hidup yang telah diintegrasikan dijadikan indikator dalam pembelajaran.
Kecakapan hidup yang bersifat umum pada umumnya kecakapan yang diperlukan oleh
siapapun, baik yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh
pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah
kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus
atau tertentu. Life skill menunjuk pada berbagai ragam kemampuan yang
diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara
bermartabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan yang diperlukan
sepannjang hayat, kepemilikan kemampuan berfikir yang kompleks, kemampuan
komunikasi secara efektif, kemampuan membangun kerjasama, melaksanakan peranan
sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan
untuk bekerja dan memiliki karakter dan etika untuk tujuan terjun ke dunia
kerja.
keren materinya ... designnya juga mantap . lanjutkan
BalasHapus