Rabu, 01 Juli 2015

Kecakapan Hidup (Life Skill)


KECAKAPAN   HIDUP
(LIFE SKILL)
                Kecakapan  hidup  memiliki  arti  yang  luas,  karena  dalam  menjalani  hidup  dan kehidupan,  seseorang  memerlukan  suatu  keterampilan  untuk  dapat  mempertahankan hidupnya. Hal demikian secara sengaja maupun tidak, telah ada sejak manusia ada. Karena semua  manusia  pasti  menghadapi  berbagai  masalah  yang  harus  dipecahkan.  Seorang  ibu misalnya, telah mendidik anaknya sejak kecil untuk mencuci tangan sebelum makan, untuk berhati-hati  dengan  melihat  ke  kiri  dan  ke  kanan  apabila  akan  menyeberangi  jalan,  dan sebagainya.  Dengan  kata  lain  hal  tersebut  dilakukan  agar  anak  dapat  mempertahankan hidupnya. Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian nasional. Pandangan seperti ini tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu indikator saja. Apabila keberhasilannya hanya dipandang sebelah, maka pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif saja, sehingga aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak tahun 2001 telah bergulir tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar yang bermuara pada penguasaan kecakapan hidup (life skills) yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Sebagai hasil dari pendidikan, pembelajaran yang mengarah dalam kecakapan hidup prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan di masa yang akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup di antaranya karena tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global.




A.  PENGERTIAN KECAKAPAN HIDUP
Menurut Depdiknas (2003), kecakapan hidup  (life skill)  merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup  dan kehidupan dengan wajar  tanpa  merasa  tertekan,  kemudian  secara  proaktif  dan  kreatif  mencari  serta menemukan  solusi  sehingga  mampu  mengatasinya.  Adapun  pengertian  lainnya  adalah “kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dal am menjalani hidupdan kehidupannya dalam statusnya sebagai mahkluk individu dalam konteks alam sekitar‟ (Rudiyanto, 2003).  Menurut Satori (2002), kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan  tertentu  saja  (vocational  job),  namun  ia  harus  memiliki  kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber-sumber daya, bekerja dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat bekerja, mempergunakan teknologi dan lain sebagainya.
B.  DESKRIPSI KECAKAPAN HIDUP
Departemen  Pendidikan  Nasional  (2003)  membagi  kecakapan  hidup  (life  skill) menjadi dua macam yaitu :
1.      Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)
Kecakapan  hidup  generik  atau  kecakapan  yang  bersifat  umum,  adalah  kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar keilmuan. Kecakapan hidup generik berfungsi sebagai  landasan  untuk  belajar  lebih  lanjut  dan  bersifat  transferable,  sehingga memungkinkan  untuk  mempelajari  kecakapan  hidup  lainnya.  Kecakapan  hidup  generik terdiri dari :
a.  Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari :
1)      Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)
Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan  eksistensi  diri,  dan  kesadaran  akan  potensi  diri.  Kecakapan  mengenal  diri pada  dasarnya  merupakan  penghayatan  diri  sebagai  makhluk  Tuhan,  makhluk sosial,  bagian  dari  lingkungan,  serta  menyadari  dan  mensyukuri  kelebihan  dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar bermanfaat bagi  diri sendiri  dan  lingkungannya.  Walaupun  mengenal  diri  lebih  merupakan  sikap, namun diperlukan kecakapan untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian. Mengenal  diri  akan  mendorong  seseorang  untuk  beribadah  sesuai  agamanya, berlaku  jujur,  bekerja  keras,  disiplin,  terpercaya,  toleran  terhadap  sesama,  suka menolong  serta  memelihara  lingkungan.  Sikap-sikap  tersebut  tidak  hanya  dapat dikembangkan  melalui  pelajaran  agama  dan  kewarganegaraan,  tetapi  melalui pelajaran kimia sikap jujur  (contoh : tidak memalsukan data hasil praktikum)  dan disiplin  (contoh  :  tepat  waktu,  taat  aturan  yang  disepakati,  dan  tata  tertib laboratorium) tetap dapat dikembangkan.
2)      Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :
a)      Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information Searching) Kecakapan  menggali  dan  menemukan  informasi  memerlukan  keterampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan melakukan  observasi. Dalam  ilmu kimia, observasi melalui pengamatan sangat penting dan sering dilakukan.
b)      Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)
Informasi  yang  telah  dikumpulkan  harus  diolah  agar  lebih  bermakna. Mengolah  informasi  artinya  memproses  informasi  tersebut  menjadi  suatu kesimpulan.  Untuk  memiliki  kecakapan  mengolah  informasi  ini  diperlukan kemampuan  membandingkan,  membuat  perhitungan  tertentu,  membuat analogi sampai membuat analisis sesuai informasi yang diperoleh.
c)      Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)
Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya adalah pengambilan  keputusan.  Dalam  kehidupan  sehari-hari,  seseorang  selalu dituntut  untuk  membuat  keputusan  betapun  kecilnya  keputusan  tersebut. Karena  itu  siswa  perlu  belajar  mengambil  keputusan  dan  menangani  resiko dari pengambilan keputusan tersebut.
d)      Kecakapan Memecahkan Masalah (Creative Problem Solving Skill)
Pemecahan masalah  yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah. Siswa perlu belajar memecahkan mas alah sesuai dengan tingkat berpikirnya  sejak  dini.  Selanjutnya  untuk  memecahkan  masalah  ini  dituntut kemampuan  berpikir  rasional,  berpikir  kreatif,  berpikir  alternatif,  berpikir sistem  dan  sebagainya.  Karena  itu  pola-pola  berpikir  tersebut  perlu dikembangkan  di  sekolah,  dan  selanjutnya  diaplikasikan  dalam  bentuk pemecahan masalah.






b.   Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan  sosial  disebut  juga  kecakapan  antar-personal  (inter-personal  skill), yang terdiri atas :
1)      Kecakapan Berkomunikasi
Yang  dimaksud  berkomunikasi  bukan  sekedar  menyampaikan  pesan,  tetapi komunikasi  dengan  empati.  Menurut  Depdiknas  (2002)  :  empati,  sikap  penuh pengertian,  dan  seni  komunikasi  dua  arah  perlu  dikembangkan  dalam keterampilan  berkomunikasi  agar  isi  pesannya  sampai  dan  disertai  kesan  baik yang  dapat  menumbuhkan  hubungan  harmonis.  Berkomunikasi  dapat  melalui lisan  atau  tulisan.  Untuk  komunikasi  lisan,  kemampuan  mendengarkan  dan menyampaikan  gagasan  secara  lisan  perlu  dikembangkan.  Berkomunikasi  lisan dengan  empati  berarti  kecakapan  memilih  kata  dan  kalimat  yang  mudah dimengerti  oleh  lawan  bicara.  Kecakapan  ini  sangat  penting  dan  perlu ditumbuhkan dalam pendidikan. Berkomunikasi melalui tulisan  juga  merupakan hal  yang  sangat  penting  dan  sudah  menjadi  kebutuhan  hidup.  Kecakapan menuangkan  gagasan  melalui  tulisan  yang  mudah  dipahami  orang  lain, merupakan salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan
2)      Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill)
Sebagai  makhluk  sosial,  dalam  kehidupan  sehari-hari  manusia  akan  selalu memerlukan  dan  bekerjasama  dengan  manusia  lain.  Kecakapan  bekerjasama bukan  sekedar  “bekerja  bersama”  tetapi  kerjasama  yang  disertai  dengan  saling pengertian,   saling  menghargai,  dan  saling  membantu.  Kecakapan  ini  dapat dikembangkan  dalam  semua  mata  pelajaran,  misalnya  mengerjakan  tugas kelompok, karyawisata, maupun bentuk kegiatan lainnya.

2.      Kecakapan Hidup Spesifik (Specific life skill, SLS)
Kecakapan hidup spesifik terkait dengan bidang pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan (vocational) tertentu. Jadi kecakapan hidup spesifik diperlukan seseorang untuk menghadapi masalah bidang tertentu. Kecakapan hidup spesifik ini meliputi :
a.      Kecakapan Akademik (Academic Skill)
Kecakapan  akademik  disebut  juga  kecakapan  intelektual  atau  kemampuan  berpikir ilmiah dan  merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir.  Kecakapan akademik sudah  mengarah  ke  kegiatan  yang  bersifat  akademik  atau  keilmuan.  Kecakapan  ini penting  bagi  orang  yang  menekuni  bidang  pekerjaan  yang  menekankan  pada kecakapan  berpikir.  Oleh  karena  itu  kecakapan  ini  harus  mendapatkan  penekanan mulai  jenjang SMA dan  terlebih pada  program akademik di universitas. Kecakapan akademik ini meliputi antara lain kecakapan :
*        mengidentifikasi variabel,
*        menjelaskan hubungan variabel-variabel
*        merumuskan hipotesis
*        merancang dan melakukan percobaan
b.      Kecakapan Vokasional / Kejuruan (Vocational Skill)
Kecakapan  vokasional  disebut  juga  kecakapan  kejuruan,  yaitu  kecakapan  yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan ini lebih cocok untuk siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan  psikomotor.  Jadi  kecakapan  ini  lebih  cocok  bagi  siswa  SMK,  kursus keterampilan atau program diploma. Kecakapan vokasional meliputi :
1)      Kecakapan Vocasional Dasar (Basic Vocational Skill)
Yang  termasuk  kecakapan  vokasional  dasar  antara  lain  :  kecakapan  melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana, atau kecakapan membaca gambar.
2)      Kecakapan Vocational Khusus (Occupational Skill)
Kecakapan  ini  memiliki  prinsip  dasar  menghasilkan  barang  atau  jasa.  Sebagai contoh, kecakapan memperbaiki mobil bagi yang menekuni bidang otomotif dan meracik bumbu bagi yang menekuni bidang tata boga.

C.         TUJUAN KECAKAPAN HIDUP (Life Skill)
            Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) adalah sebagai berikut :
a.      Menfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya di masa yang akan datang.
b.      Memberikan peluang bagi institusi pelaksana pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan terbuka (berbasis luas dan mendasar) serta prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah.
c.       Membekali tamatan dengan kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga Negara.
Secara khusus tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah :
1)        Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupannya
2)        Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir
3)        Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4)        Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education)
5)        Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

D.    PENTINGNYA SKILL ATAU KETERAMPUILAN
Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang pandai sudah cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu belum mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan. Pemikiran seperti itu tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik relevansinya. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang relevan, bahkan masyarakat luas tidak lagi dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya pengangguran yang disebabkan karena factor pendidikan, dan maraknya kasus korupsi yang tidak terlepas dari para birokrat yang memiliki banyak gelar, sarjana, master, doctor bahkan professor. Peran dan fungsi pendidikan dalam konteks ini tentu akan mendapat gugatan dari banyak kalangan, misalnya mengapa praktek korupsi justru dilakukan oleh orang-orang pandai dan pintar. Kenyataan ini memang sungguh sangat menyedihkan, bahkan bangsa ini sering dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan yang paling bawah sampai paling atas.
Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi. Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan pendidikan selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan tiga point yang sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam menghadapi realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.
E. Mulyasa menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia untuk hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di bekali dengan kecakapan (life skill) melaui muatan, proses pembelajaran dan aktifitas lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapinya.
Tuntutan life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya keterampilan peserta didik, profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan transformasi menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan diatas,kecakaapn hidup disini bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun cakap dalam keterampilan dan social.

E.       ANALISIS
Dalam pembelajaran kecakapan hidup seorang siswa diharapkan mampu menempuh kehidupan yang sukses, bermartabat, seperti kemampuan berpikir kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kerja sama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Implementasi life skill tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru ataupun materi tambahan. Kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.
Implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup di sekolah dapat dilakukan melalui reorientasi pembelajaran dari orientasi mata pelajaran semata, menjadi kecakapan hidup, pengembangan iklim sekolah yang kondusif untuk berkembangnya kecakapan hidup, khususnya yang terkait dengan sikap atau karakter atau kesadaran diri, dan penerapan manajemen sekolah yang di arahkan untuk mengembangkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran.
Pada dasarnya kecakapan hidup meliputi kecakapan dasar, kecakapan instrumental, general life skill, spesifik life skill, personal skill, social skill, environmental skill, occupational skill. Dalam pelaksanaan life skill di lembaga pendidikan dengan cara menginternalisasikan komponen-komponen kecakapan hidup tersebut digunakan strategi-strategi sebagai berikut :
a.      Melalui reorientasi pembelajaran setiap guru yang akan menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponen-komponen yang akan di internalisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran hendaknya di ikuti dengan “penyemaian” komponen-komponen dari kecakapan hidup.
b.      Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang variatif, sehingga memungkinkan :
·      Peserta didik lebih aktif
·      Kondisi atau suasana belajar menyenangkan
·      Pengembangan budaya baca, tulis, observasi
·      Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang fasilitator
·      Pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lain
·      Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan
·      Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber
·      Menggeser “teaching” menjadi “learning
·      Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup yang bisa di internalisasikan dalam PBM (proses belajar mengajar)
·      Selain itu kecakapan-kecakapan hidup dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler








KESIMPULAN
Tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global yang menyebabkan dalam pendidikan sekarang di cantumkan kedalam bentuk suatu life skill, kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.
Sedangkan untuk implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup dapat dilakukan tanpa mengubah kurikulum, aspek-aspek kecakapan hidup yang telah diintegrasikan dijadikan indikator dalam pembelajaran. Kecakapan hidup yang bersifat umum pada umumnya kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus atau tertentu. Life skill menunjuk pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan yang diperlukan sepannjang hayat, kepemilikan kemampuan berfikir yang kompleks, kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan membangun kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja dan memiliki karakter dan etika untuk tujuan terjun ke dunia kerja.



1 komentar: